Read Blog

Kenapa IT Startup Business Gagal?

Kenapa IT Startup Business Gagal?

Memulai usaha sendiri memang berat. Tidak semua orang mau menempuh “jalan pedang” ini. Buat yang nekad, kenekadannya harus seperti Jabal Tariq, yang membakar kapal-kapalnya sehingga tidak bisa kembali saat menghadapi pasukan Roderic. (Nama Jabal Tariq diabadikan menjadi selat Gibraltar). Namun nekad saja tidak cukup. Para penempuh jalan harus bisa belajar dari samurai yang lain yang telah memulainya lebih dulu. Berikut beberapa tips yang diambil dari street smart, non akademis dan tentu saja sangat subyektif. Sekiranya dari subyektifitas itu bisa diambil pelajaran, lebih baik daripada terjerumus dalam lubang yang sama saat menempuh jalan serupa.

Tips ini berlaku buat startup IT, terutama di bidang software development. Tapi tentu bisa dideduksikan ke dalam model bisnis lain. Materi ini disampaikan dalam Gathering MIFTA 6 – minggu 23 November 2009. Berikut beberapa common pitfall alias jebakan betmen, kenapa IT startup business gagal. Tips ini cocok untuk owner start up, atau yang berencana menjadi owner.


1. Manajemen

Topik manajemen terlalu generik. Beberapa yang bisa digarisbawahi adalah:
– Personal dependability yang terlalu kuat
Perusahaan custom software, mungkin seperti bengkel. Yang dipercaya adalah montirnya. Montirnya pindah, customer juga ikut pindah. Hal ini menyulitkan perusahaan yang bersangkutan, karena energi seorang manusia, biarpun dia dari planet krypton, terbatas. Saat sakit, perusahaan ikut sakit. Ownernya liburan, perusahaan ikut liburan. Ownernya punya masalah pribadi, perusahaan kena imbasnya. Usaha startup sangat rentan jebakan ini, mengingat yang punya visi kuat adalah ownernya. Cenderung one man show. Jika tidak bisa diterjemahkan dalam sistem yang baik, maka personal branding dapat membunuh perusahaannya.
– Personal network yang terlalu kuat
Di IT, project bisa didapat karena kedekatan personal. Perusahaan hanyalah sebuah bendera. Maka pinjam meminjam bendera adalah hal yang lazim. Networking karena hubungan personal ini sangat rentan, dan jarang bisa sustain. Dan, seringkali konflik pribadi berubah menjadi konflik bisnis. Dan kerugian utama adalah rawan KKN. Padahal yang benar adalah hubungan antar institusi. Hubungan antar person hanyalah sebagai pembuka jalan saja.
– Hobi
Hobi bisa bermanfaat sebagai motor utama seorang entrepreneur, terutama saat menghadapi masalah pelik. Namun hobi jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjerumuskan usahanya sendiri. Karena hobi, kadang memberi harga yang tidak wajar. Kadang pula, menjebak si ownernya untuk terjun di bidang teknis (ikut mrogram karena ada tantangan teknis, atau nggak sabaran), sehingga manajemen perusahaan jadi terabaikan.


2. Cash Flow

Ini sih jebakan yang jamak banget. Terutama jika keuangan nyampur (antara duit sendiri dengan duit perusahaan), atau hasil usaha dipakai buat kebutuhan pribadi owner. Jika project lancar, kadang tagihan macet. Padahal cash adalah darahnya startup. Jika mogok, bisa pingsan bahkan tewas. Terhadap hal ini, selalu deal dengan pembayaran di depan, minimal ada uang muka. Usahakan sebelum meneken kontrak, cari tahu dulu reputasi customer yang bersangkutan, apakah mudah membayar atau sulit. Dan yang penting, selalu buat threshold tabungan perusahaan Anda, agar tetap berada di garis aman.


3. Fokus

Startup cenderung palugada – apa lu mau gua ada. Model bisnisnya adalah solusi, bukan membangun produk. Ini dapat dimaklumi karena solusi dapat menghasilkan uang cepat, mengisicash. Meskipun seringkali diluar core (bahkan banyak yang tidak punya core. Semua project dibabat habis). Fokus ini bisa fokus pada bidang tertentu. Misal hanya menggarap software CRM, HR, atau akunting. Bisa juga untuk ASP (application service provider), fokus pada bahasa pemrograman atau framework tertentu. Selain itu, tolak. Patut diingat bahwa project di luar core adalah darah segar saja, tapi itu bukanlah model bisnis jangka panjang.

Menentukan fokus bisa dikerjakan sambil jalan. Fokus bisa dari pangsa pasar yang besar, atau dari idealisme kita (Ingat google juga dibentuk dari idealisme, dan mereka mengerjakan search engine saja meskipun waktu itu sudah ada yahoo!).

Bagaimana bisa fokus?

– Cari investor

Investor biasanya mau membiayai jika kita yakin dengan idealisme, dan kemampuan kita di bidang yang kita propose. Jangan propose sesuatu yang sama sekali baru. Investor yang menalangi operasional selama beberapa waktu, dapat membuat kita lebih konsentrasi pada produk yang ingin kita hasilkan. Saat propose, selalu tunjukkan reputasi yang pernah kita kerjakan, untuk meyakinkan.

– Buat tabungan

Jika tidak ada investor, jadi palugada dulu. Tapi hasilnya kita tabung. Ambil secukupnya saja untuk gaji (menggaji diri sendiri). Jika dengan palugada, tidak bisa menyimpan tabungan, cari kans lain yang bisa mengisi pundi-pundi. Atau cari alternatif pertama. Tabungan ini akan kita gunakan, misalnya sebagai gaji kita 6 bulan atau 1 tahun, sehingga bisa konsentrasi ke produk kita.

– Tahu kapan berkata ‘Tidak’

Kadang kita merasa malu menolak project, karena itu rejeki dari Allah, masak kita tolak? Tapi bagaimanapun juga, ada project yang tidak bisa kita kerjakan. Kalau nggak mau nolak, kasih aja referensi teman yang mau mengerjakan hal tersebut, sambil menjaga hubungan baik. Itu berlaku untuk project-project di luar core kita.

Tapi semua itu tarik ulur, dan Anda sendiri yang tahu kapan menarik dan kapan mengulur. Asal tetap waspada dan tidak terlena dengan project besar/uang besar. Itu seninya jadi entrepreneur.

*) Dikutip dari Ahmad Sofyan, Technopreneur
mifta.org



Admin,


Komentar Anda


790


Hubungi Saya

Apakah Anda siap untuk bekerja sama?

Mari kita mulai sebuah Proyek! Hubungi Saya.

Saya sangat senang apabila perusahaan saya dapat bekerja sama dengan bisnis anda. Apabila anda memiliki pertanyaan, silahkan hubungi saya.

//